Tema : Takwa dan Kematian
Dulu ketika masih di sekolah dasar saat menjelang bulan Ramadhan atau awal-awal ramadhan surat Al-baqarah ayat 183 paling sering dibacakan, yang di dalamnya ada kata takwa. Sebagai anak ingusan yang menerima agama dengan ‘manut-manut’ saja memahami takwa itu dengan melihat penceramah-penceramah di tivi, atau orang-orang yang sering ke mesjid tanpa peduli situasi lingkungannya, apalagi ada yang berbeda agama tentu saja makin tak peduli “Lha kan mereka beda tidak satu agama”,(Yang penting shalat puasa zakat semuanya simbolik, beres deh), sehingga berangsur-angsur agama tampil bagaikan kontes, apalagi saat bulan ramadhan banyak perlombaan dengan hadiah yang menarik, paling kurang adalah lomba azan, “Ini kan syiar Allah, membesarkan agama Allah” kata salah satu panitia lomba yang kebagian honor dan sumbangan lainnya saat menjadi panitia dan ia hanya berkata “Alhamdulillah berkah di bulan Ramadhan, enak juga ya”. Apalagi masih teringat dengan sholat shubuh berhadiah mobil avanza....wow...shalat shubuh bisa bertujuan dapat mobil, hehehe
Dulu ketika masih di sekolah dasar saat menjelang bulan Ramadhan atau awal-awal ramadhan surat Al-baqarah ayat 183 paling sering dibacakan, yang di dalamnya ada kata takwa. Sebagai anak ingusan yang menerima agama dengan ‘manut-manut’ saja memahami takwa itu dengan melihat penceramah-penceramah di tivi, atau orang-orang yang sering ke mesjid tanpa peduli situasi lingkungannya, apalagi ada yang berbeda agama tentu saja makin tak peduli “Lha kan mereka beda tidak satu agama”,(Yang penting shalat puasa zakat semuanya simbolik, beres deh), sehingga berangsur-angsur agama tampil bagaikan kontes, apalagi saat bulan ramadhan banyak perlombaan dengan hadiah yang menarik, paling kurang adalah lomba azan, “Ini kan syiar Allah, membesarkan agama Allah” kata salah satu panitia lomba yang kebagian honor dan sumbangan lainnya saat menjadi panitia dan ia hanya berkata “Alhamdulillah berkah di bulan Ramadhan, enak juga ya”. Apalagi masih teringat dengan sholat shubuh berhadiah mobil avanza....wow...shalat shubuh bisa bertujuan dapat mobil, hehehe
Dan kini Anak Ingusan itu tumbuh dewasa dan mulai kritis tentang agama yang selama ini diikutinya, mulailah pencariaannya digeluti hingga ia pun sampai di ibukota, blusukan ke berbagai komunitas aliran mazhab hingga ke komunitas yang beda keyakinan dan agama, maka anak ingusan ini makin melihat dunia ini penuh keragaman, “Ohh...mengapa begitu banyak agama ya?, kalau memang Tuhan itu satu?, atau jangan-jangan Tuhan juga banyak?. Mmhhh...tapi kalau Tuhan itu satu pastilah agama yang diturunkan satu” si anak ingusan ini mulai melepaskan ke-subyektifikannya dan berusaha melihat dengan objektif, dan pengembaraannya pun dimulai.
Dan suatu hari si Anak Ingusan ikut pengajian tafsir al Qur’an di Tebet, komunitas itu bernama RKAB atau Rumah Kajian Al Barru, bertempat di gedung Oxford, “Wow ini pengajian yang beda, di gedung pembelajaran bahasa inggris pula, bergaya kuliah malah, asyek oeeii” mulai kegembiraan itu dirasakannya, dan aktiflah si Anak Ingusan menyimak, dan hari minggu kemarin membahas takwa, dan kebetulan pertanyaan-pertanyaan yang dulu dilontarkan dalam benaknya kini dibahas.
“Apa sih itu takwa?, apakah contoh orang-orang takwa seperti penceramah di tivi-tivi terkenal itu?, atau semua yang menjabat ormas partai dan majelis-majelis adalah contoh orang-orang takwa?, mmhh...gimana sih ini?” dan beberapa hari yang lalu si anak ingusan ini pernah membaca suatu buku tentang ciri-ciri orang-orang bertakwa yang diungkapkan oleh Seorang Imam yang agung dalam sebuah hadistnya, ternyata ciri-ciri itu sangat banyak dan bagi si anak ingusan hanya bisa geleng-geleng kepala lalu berpikir dan berkata dalam hati Ohh jadi orang-orang bertakwa itu dilihat dari apa yang dilakukannya bukan dilihat siapa-nya mmhh..gitu ya, dan ciri-ciri orang-orang bertakwa itu pun didapatinya di group atas kiriman dari seorang ibu yang baik, Ibu Ade Mahyon. Ternyata menjadi orang-orang bertakwa itu bagi si Anak Ingusan adalah hal berat, sebab menjadikan agama bukan semata simbol atau pentas “Kelebihan” namun melainkan adalah jalan hidup yang hakiki.
Dan paling senang saat si anak ingusan ini mendengar dari Ustad yang mengajar di Oxford bahwa orang-orang takwa itu adalah orang-orang yang eskastik (eskologi), orang-orang yang visioner, orang-orang yang melihat masa depan yang terjauh, maka orang-orang yang korupsi di negara ini sudah pasti bukanlah ciri-ciri orang-orang yang bertakwa sebab tidak melihat masa depan bangsa dan negara. Yes, si Anak Ingusan seperti mendapatkan penyimpulan dari apa itu ciri-ciri dari orang-orang takwa dan apa itu takwa. Artinya ternyata takwa itu menghadirkan alam akhirat senyata-nyatanya dalam setiap kehidupannya maka pantas saja apa yang dilakukan oleh orang-orang takwa itu adalah usaha nilai ibadah, maka setiap geraknya selalu tersematkan kalimat Laa Haula walakuwata Illahbillah, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah SWT dan Ego orang-orang takwa berada pada titik zero.
Yang menarik dari setiap kajian yang dibawakan oleh Ustad adalah menjelaskan ayat dengan ayat, artinya ada satu ayat yang dipaparkan lalu ayat lain menjelaskannya maka sudah bisa dipastikan itulah penjelasan yang paling pas, kalau lansung mengambil hadist sementara hadist itu sendiri banyak sekali periwayatnya maka akan menimbulkan perdebatan, maka paling pas adalah ayat dengan ayat, maka wajarlah dalam Quran itu sendiri dikatakan Laa allakum tatafakarun yang bisa dipahami berpikirlah, Iya Anak Ingusan juga wajib berpikir, namun kalau ada hadist yang tidak terjadi kontradiksi dengan al Qur’an maka itu bisa diterima, yang penting sesuai akal sehat. Melihat metode ini si anak ingusan jadi teringat oleh Ulama juga seorang Sayyid, penulis salah satu kitab rujukan, lalu dicarilah wajahnya di internet ternyata masyaAllah banyak. Si anak ingusan mengkoleksi fotonya.
Setelah kajian, Si Anak Ingusan mencoba mengingat-ngingat kembali Ayat apa yang tadi dibahas selain dari al Baqarah ayat 183, lalu lewat Whatsapp dicaritahulah melalui Tony, sahabatnya yang juga baik hati. Hehehe, dan Tony pun mengabarkan surat apa saja yang dibahas :
Tema, Surat 2 : 183
Maknanya bisa ditelusuri juga Surat 4;1, Surat 49:12, Surat 59:18, dan Surat 3:102
Dari beberapa ayat itu bisa ditarik atau membangun tatanan argumennya lalu dibuat kesimpulan yang tidak lagi terjadi pertentangan dengan Qur’an itu sendiri. Bisa diperhatikan bagaimana ayat-ayat itu menjelaskan dengan sejelas-jelasnya, dan surat 3 ayat 102 inilah manusia yang bertakwa mencapai derajat muslim yang hakiki sebelum meninggalkan dunia. Oh Tuhan ...ya Rabb, masukkanlah hambamu si Anak Ingusan ini dan orang-orang yang berada dalam pengajian ini ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa sebelum kematian itu menghampiri. Ohh...Tuhan jadikanlah guru kami sebagai jembatan menuju cahaya agung itu.
Sepulang kajian sembari mengendarai sepeda motor si Anak Ingusan ini masih teringat bahasan di tempat kajian, utamanya ayat terakhir tadi tentang kematian “Mmmhh.., sudah banyak berita tentang meninggalnya si A dan si B, tiap hari selalu terdengar, dari aktor terkenal sampai tetangga dan sepermainan dulu juga sudah mendahului, kematian itu nyata dan sangat nyata, tapi toh kenapa saya masih terjebak dengan pergumulan dunia, masih berangan-angan ini itu dan seolah-olah bahwa dunia ini surga yang sebenarnya, Ohh..Yaa Rabb..., betapa lemahnya diri ini”
Si Anak Ingusan ini hanyalah seorang hamba yang ingin menjadi pelayan agama, namun bagaimana bisa menjadi pelayan agama sementara dirinya masih terseok-seok dengan urusan dunia yang ditanggapi tiada kelarnya, yahh...yang namanya nafsu itu takkan pernah cukup bahkan mengikuti nafsu akan lupa bersyukur, sementara Raja Sulaiman pernah berdoa dan ini adalah pelajaran “Rabbi auwdzi'niy an askura nikmataka lati an amta alaya wa alawalidaya wa an a'mala shalihan tardahu wa'a'dkhilniy birahmatika fi ibadika sholihin.” (Surat 27:19). Terjemahnya "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
Dan si Anak Ingusan ini bersemangat ketika mendengar Ustad mengatakan bahwa “Allah tidak menilai hasil akhirnya atau end result-nya tapi melihat usaha atau proses yang sedang kita lakukan” maka dengan demikian si Anak Ingusan ini bisa berkata “Yess...ayo cemungud, maksudnya semangat terus demi menganggapai derajat takwa, hadirkanlah Allah selalu dan selalu dalam setiap helai nafas (manifestasi), dan melalui Imam-Imam dan guru-gurulah kita berusaha mencapainya...ayo cemungud kaka, Yess”
Dan ada cerita dari teman si Anak Ingusan namanya Darto, bahwa ia pernah bermimpi, karena saking seringnya nonton film horor ia bermimpi diserang oleh segerombolan dedemit, genderuwo, suster ngesok dan semua tokoh-tokoh menyeramkan dalam film-film horor hendak membunuhnya, maka beramailah-ramailah para setan-setan itu mengerumuni, lalu si Darto gemetaran dan berusaha mencari tempat pelarian, ia berlari terus dan terus tapi tetap saja para setan-setan itu mengintai, dan selalu hadir seperti tak ada lagi tempat berlari, dan untunglah si Darto teringat sesuatu, ia pernah mendengar rekaman kajian di Oxford, salah satu rekaman itu membahas tentang ma’ad atau hari akhir, lalu si Darto tidak lagi lari tapi menghadapi para setan-setan itu dan berkata,
“Wahai para setan, kalian tidak punya hak mencabut nyawa seseorang, hanya Allah yang berhak mencabut nyawa, kalian itu hanya ilusi yang diciptakan oleh orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan membuat tokoh-tokoh yang menarik ditonton, dan bodohnya kami ini sudah jijik tapi kok tetap saja nonton kalian? Sebenarnya ngak menarik deh, ck ck ck.., heran gue, dan hanya Allah tempat meminta serta bergantung segala sesuatu, maka gue akan tetap membaca surat Al Fatiha tapi sebelumnya diiringi dengan shalawat, mengharap pada Allah agar berada dalam lingkup jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat, nikmat dengan Islam, Islam berarti mulia dengan syariat Allah dan ber-Imam pada orang-orang yang hak yang memerangi segala bentuk kezaliman. So menjauhlah wahai para setannn...!!! Potakkk !!!.”
Darto akhirnya tidak lagi mengisi benaknya dengan film-film itu, ia lebih sering mengaji dan bershalawat, dan mungkin kalau sudah di Jakarta akan ikut kajian, hehehe..
Dan suatu hari si Anak Ingusan ikut pengajian tafsir al Qur’an di Tebet, komunitas itu bernama RKAB atau Rumah Kajian Al Barru, bertempat di gedung Oxford, “Wow ini pengajian yang beda, di gedung pembelajaran bahasa inggris pula, bergaya kuliah malah, asyek oeeii” mulai kegembiraan itu dirasakannya, dan aktiflah si Anak Ingusan menyimak, dan hari minggu kemarin membahas takwa, dan kebetulan pertanyaan-pertanyaan yang dulu dilontarkan dalam benaknya kini dibahas.
“Apa sih itu takwa?, apakah contoh orang-orang takwa seperti penceramah di tivi-tivi terkenal itu?, atau semua yang menjabat ormas partai dan majelis-majelis adalah contoh orang-orang takwa?, mmhh...gimana sih ini?” dan beberapa hari yang lalu si anak ingusan ini pernah membaca suatu buku tentang ciri-ciri orang-orang bertakwa yang diungkapkan oleh Seorang Imam yang agung dalam sebuah hadistnya, ternyata ciri-ciri itu sangat banyak dan bagi si anak ingusan hanya bisa geleng-geleng kepala lalu berpikir dan berkata dalam hati Ohh jadi orang-orang bertakwa itu dilihat dari apa yang dilakukannya bukan dilihat siapa-nya mmhh..gitu ya, dan ciri-ciri orang-orang bertakwa itu pun didapatinya di group atas kiriman dari seorang ibu yang baik, Ibu Ade Mahyon. Ternyata menjadi orang-orang bertakwa itu bagi si Anak Ingusan adalah hal berat, sebab menjadikan agama bukan semata simbol atau pentas “Kelebihan” namun melainkan adalah jalan hidup yang hakiki.
Dan paling senang saat si anak ingusan ini mendengar dari Ustad yang mengajar di Oxford bahwa orang-orang takwa itu adalah orang-orang yang eskastik (eskologi), orang-orang yang visioner, orang-orang yang melihat masa depan yang terjauh, maka orang-orang yang korupsi di negara ini sudah pasti bukanlah ciri-ciri orang-orang yang bertakwa sebab tidak melihat masa depan bangsa dan negara. Yes, si Anak Ingusan seperti mendapatkan penyimpulan dari apa itu ciri-ciri dari orang-orang takwa dan apa itu takwa. Artinya ternyata takwa itu menghadirkan alam akhirat senyata-nyatanya dalam setiap kehidupannya maka pantas saja apa yang dilakukan oleh orang-orang takwa itu adalah usaha nilai ibadah, maka setiap geraknya selalu tersematkan kalimat Laa Haula walakuwata Illahbillah, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah SWT dan Ego orang-orang takwa berada pada titik zero.
Yang menarik dari setiap kajian yang dibawakan oleh Ustad adalah menjelaskan ayat dengan ayat, artinya ada satu ayat yang dipaparkan lalu ayat lain menjelaskannya maka sudah bisa dipastikan itulah penjelasan yang paling pas, kalau lansung mengambil hadist sementara hadist itu sendiri banyak sekali periwayatnya maka akan menimbulkan perdebatan, maka paling pas adalah ayat dengan ayat, maka wajarlah dalam Quran itu sendiri dikatakan Laa allakum tatafakarun yang bisa dipahami berpikirlah, Iya Anak Ingusan juga wajib berpikir, namun kalau ada hadist yang tidak terjadi kontradiksi dengan al Qur’an maka itu bisa diterima, yang penting sesuai akal sehat. Melihat metode ini si anak ingusan jadi teringat oleh Ulama juga seorang Sayyid, penulis salah satu kitab rujukan, lalu dicarilah wajahnya di internet ternyata masyaAllah banyak. Si anak ingusan mengkoleksi fotonya.
Setelah kajian, Si Anak Ingusan mencoba mengingat-ngingat kembali Ayat apa yang tadi dibahas selain dari al Baqarah ayat 183, lalu lewat Whatsapp dicaritahulah melalui Tony, sahabatnya yang juga baik hati. Hehehe, dan Tony pun mengabarkan surat apa saja yang dibahas :
Tema, Surat 2 : 183
Maknanya bisa ditelusuri juga Surat 4;1, Surat 49:12, Surat 59:18, dan Surat 3:102
Dari beberapa ayat itu bisa ditarik atau membangun tatanan argumennya lalu dibuat kesimpulan yang tidak lagi terjadi pertentangan dengan Qur’an itu sendiri. Bisa diperhatikan bagaimana ayat-ayat itu menjelaskan dengan sejelas-jelasnya, dan surat 3 ayat 102 inilah manusia yang bertakwa mencapai derajat muslim yang hakiki sebelum meninggalkan dunia. Oh Tuhan ...ya Rabb, masukkanlah hambamu si Anak Ingusan ini dan orang-orang yang berada dalam pengajian ini ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa sebelum kematian itu menghampiri. Ohh...Tuhan jadikanlah guru kami sebagai jembatan menuju cahaya agung itu.
Sepulang kajian sembari mengendarai sepeda motor si Anak Ingusan ini masih teringat bahasan di tempat kajian, utamanya ayat terakhir tadi tentang kematian “Mmmhh.., sudah banyak berita tentang meninggalnya si A dan si B, tiap hari selalu terdengar, dari aktor terkenal sampai tetangga dan sepermainan dulu juga sudah mendahului, kematian itu nyata dan sangat nyata, tapi toh kenapa saya masih terjebak dengan pergumulan dunia, masih berangan-angan ini itu dan seolah-olah bahwa dunia ini surga yang sebenarnya, Ohh..Yaa Rabb..., betapa lemahnya diri ini”
Si Anak Ingusan ini hanyalah seorang hamba yang ingin menjadi pelayan agama, namun bagaimana bisa menjadi pelayan agama sementara dirinya masih terseok-seok dengan urusan dunia yang ditanggapi tiada kelarnya, yahh...yang namanya nafsu itu takkan pernah cukup bahkan mengikuti nafsu akan lupa bersyukur, sementara Raja Sulaiman pernah berdoa dan ini adalah pelajaran “Rabbi auwdzi'niy an askura nikmataka lati an amta alaya wa alawalidaya wa an a'mala shalihan tardahu wa'a'dkhilniy birahmatika fi ibadika sholihin.” (Surat 27:19). Terjemahnya "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
Dan si Anak Ingusan ini bersemangat ketika mendengar Ustad mengatakan bahwa “Allah tidak menilai hasil akhirnya atau end result-nya tapi melihat usaha atau proses yang sedang kita lakukan” maka dengan demikian si Anak Ingusan ini bisa berkata “Yess...ayo cemungud, maksudnya semangat terus demi menganggapai derajat takwa, hadirkanlah Allah selalu dan selalu dalam setiap helai nafas (manifestasi), dan melalui Imam-Imam dan guru-gurulah kita berusaha mencapainya...ayo cemungud kaka, Yess”
Dan ada cerita dari teman si Anak Ingusan namanya Darto, bahwa ia pernah bermimpi, karena saking seringnya nonton film horor ia bermimpi diserang oleh segerombolan dedemit, genderuwo, suster ngesok dan semua tokoh-tokoh menyeramkan dalam film-film horor hendak membunuhnya, maka beramailah-ramailah para setan-setan itu mengerumuni, lalu si Darto gemetaran dan berusaha mencari tempat pelarian, ia berlari terus dan terus tapi tetap saja para setan-setan itu mengintai, dan selalu hadir seperti tak ada lagi tempat berlari, dan untunglah si Darto teringat sesuatu, ia pernah mendengar rekaman kajian di Oxford, salah satu rekaman itu membahas tentang ma’ad atau hari akhir, lalu si Darto tidak lagi lari tapi menghadapi para setan-setan itu dan berkata,
“Wahai para setan, kalian tidak punya hak mencabut nyawa seseorang, hanya Allah yang berhak mencabut nyawa, kalian itu hanya ilusi yang diciptakan oleh orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan membuat tokoh-tokoh yang menarik ditonton, dan bodohnya kami ini sudah jijik tapi kok tetap saja nonton kalian? Sebenarnya ngak menarik deh, ck ck ck.., heran gue, dan hanya Allah tempat meminta serta bergantung segala sesuatu, maka gue akan tetap membaca surat Al Fatiha tapi sebelumnya diiringi dengan shalawat, mengharap pada Allah agar berada dalam lingkup jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat, nikmat dengan Islam, Islam berarti mulia dengan syariat Allah dan ber-Imam pada orang-orang yang hak yang memerangi segala bentuk kezaliman. So menjauhlah wahai para setannn...!!! Potakkk !!!.”
Darto akhirnya tidak lagi mengisi benaknya dengan film-film itu, ia lebih sering mengaji dan bershalawat, dan mungkin kalau sudah di Jakarta akan ikut kajian, hehehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar