Senin, 16 Februari 2015

Ahok: Nabi adalah simbol kesempurnaan

Pemimpin Indonesia menyampaikan pesan toleransi pada Maulid Nabi.
Oleh Yenny Herawati untuk Khabar Southeast Asia di Jakarta
Januari 23, 2015

Perayaan Maulid Nabi tahun ini, yaitu peringatan selama seminggu kelahiran Nabi Muhammad, dirayakan dengan damai dan bertoleransi.
Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama (kiri) berbicara saat perayaan Maulid Nabi di SMESCO Convention Centre di Jakarta pada tanggal 18 Januari. Politisi beragama Kristen ini memberi inspirasi kepada hadirin yang sebagian besar Muslim dengan pujiannya terhadap Nabi. [Yudhi/Khabar]
"Dia tidak bisa dibandingkan, bahkan dengan Nabi Isa (Yesus) pun. Nabi Isa tidak pernah memimpin pemerintahan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad. Ia benar-benar orang dengan ciri khas tinggi seorangsidiq (saleh), fathonah (cerdas), amanah (dapat dipercaya) dan tabligh (utusan Allah)," ujar Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama saat perayaan 18 Januari di SMESCO Convention Centre, Jakarta.

Para hadirin yang sebagian besar Muslim memuji pidato tersebut.

"Sulit dipercaya bahwa Ahok tahu ajaran Islam. Dia diterima dengan baik di sini, di antara seluruh hadirin Muslim," kata Nurita Pratiwi, warga Jakarta yang menghadiri acara tersebut, kepada Khabar Southeast Asia.

Nurita mengatakan meskipun Ahok ditolak oleh kelompok garis keras Islam seperti Front Pembela Islam(FPI) karena ia adalah seorang Kristen keturunan Tionghoa, banyak warga Muslim yang bersimpati kepada upaya gubernur untuk melibatkan komunitas mereka dan memimpin Jakarta.

"Saya pikir orang-orang kagum dengan pengetahuan beliau tentang Islam. Beliau bukan seorang Muslim, tetapi berbicara seperti seorang Muslim yang baik dengan tulus," katanya.

Ahok juga mengatakan semua Muslim harus memandang tinggi kesempurnaan Muhammad.

"Muhammad dulu adalah pemimpin yang sempurna dan jika Anda ingin memimpin, Anda harus memimpin dengan karakteristik Nabi Muhammad," katanya.

Presiden Joko "Jokowi" Widodo, saat berbicara di hadapan 5 juta warga saat perayaan Maulid Nabi di Jakarta pada tanggal 3 Januari, berkata bahwa seluruh kehidupan Nabi pada dasarnya adalah keikhlasan.

"Ia ikhlas menerima perbedaan. Ia ikhlas menerima kata-kata kotor; Ia menanggapi semua itu dengan doa dan pengampunan. Sekarang, inilah hari ini dimna kita semua harus mengingat ajaran Nabi. Ia mengajar lebih dari sekedar kata-kata. Dia memberikan hidupnya sendiri sebagai contoh yang baik," kata Jokowi.

Presiden mendorong semua orang Indonesia untuk terus mengikuti teladan Muhammad.

"Mari kita terus menyebarkan pesan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita menjadi Muslim yang peduli terhadap sesama, Muslim yang berdamai dan bertoleransi. Marilah kita juga mendoakan mereka yang sedang menderita dan yang telah kehilangan orang yang mereka cintai," lanjutnya.

Syariffudin, seorang ulama dari Jakarta Pusat, mengatakan bahwa pesan Jokowi penuh inspirasi.

"Dia berbicara dengan gaya khasnya. Itu sangat menyentuh. Saya pikir pesannya tidak hanya diterima dengan baik oleh umat Islam, tetapi setiap warga negara," katanya kepada Khabar.

Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama Indonesia, menghimbau diwujudkannya moral dan tindakan yang baik.

"Moral kita merupakan kunci untuk menyebarkan pesan-pesan Nabi. Nabi kita mengatakan bahwa perubahan sosial tidak dapat terjadi jika masing-masing individu menolak untuk berubah. Jadilah contoh yang baik bagi masyarakat di manapun Anda berada. Jadilah terang, mengikuti pola kesempurnaan Nabi," jelasnya.

Ahok memuji kepemimpinan egaliter Nabi.

"Ia tidak pernah menyebut bawahannya sebagai hamba; Ia menyebut mereka 'sahabatku'. Kita bisa melihat ia memperlakukan semua orang sama," katanya.

Warga Jakarta Rudi Kuswanto mengatakan perayaan Maulid Nabi tahun ini penuh inspirasi.

"Jokowi mengirim pesan toleransi. Basuki mengirim pesan tentang kepemimpinan Muhammad sebagai contoh yang baik, dan menteri agama berbicara tentang moralitas. Saya merasa pidato-pidato ini sangat menyegarkan," katanya kepada Khabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar